Selasa, 30 Oktober 2012


Senam Hamil


Senam hamil adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu hamil, secara fisik ataupun mental, untuk menghadapi persalinan yang cepat, aman dan spontan.
Senam hamil biasanya dimulai sejak usia dini, namun biasanya di lakukan saat kehamilan memasuki trisemester ketiga, yaitu sekitar usia 28-30 minggu kehamilan. Selain untuk menjaga kebugaran, senam hamil juga diperlukan untuk meningkatkan kesiapan fisik dan mental calon ibu selama proses persalinan.

Berikut beberapa tujuan senam hamil:
  1. Menguasai teknik pernapasan. Latihan pernapasan sangat bermanfaat untuk mendapatkan oksigen, sedangkan teknik pernapasan dilatih agar ibu siap menghadapi persalinan.
  2. Memperkuat elastisitas otot.Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, sehingga  dapat mencegah atau mengatasi keluhan nyeri di bokong, di perut bagian bawah dan keluhan wasir.
  3. Mengurangi keluhan. Melatih sikap tubuh selama hamil sehingga mengurangi keluhan yang timbul akibat perubahan bentuk tubuh.
  4. Melatih relaksasi. Proses relaksasi akan sempurna dengan melakukan latihan kontraksi dan relaksasi yang diperlukan untuk mengatasi ketegangan atau rasa sakit saat proses persalinan.
  5. Menghindari kesulitan. Senam ini membantu persalinan sehingga ibu dapat melahirkan tanpa kesulitan, serta menjaga ibu dan bayi sehat setelah melahirkan.
  6. Memperkuat dan mempertahankan kelenturan otot-otot dinding perut dan dasar panggul yang penting dalam proses persalinan.
  7. Mengurangi kecemasan dan ketegangan selama kehamilan
  8. Melatih berbagai tehnik pernafasan yang penting agar persalinan dapat berjalan lancar dan lebih cepat
  9. Memperlancar persalinan normal secara fisik dan mental
  10. Meningkatkan mood dan pola tidur ibu
  11. Mempercepat penurunan berat badan ibu setelah melahirkan


Berikut adalah tips dalam melakukan senam hamil:

  • Latihan yang teratur, setidaknya tiga kali dalam seminggu
  • Selama tri-semester kedua dan ketiga, hindari gerakan berbaring terlentang karena akan mengurangi aliran darah ke janin.
  • Hindari latihan yang menguras tenaga hingga anda terengah-engah. Ini adalah tanda bahwa janin anda dan anda kekurangan oksigen.
  • Jagalah keseimbangan tubuh selama latihan.
  • Hindari gerakan atau latihan yang menimbulkan trauma atau desakan pada perut anda.
  • Minumlah banyak cairan sebelum dan selama latihan untuk mengurangi resiko dehidrasi atau overheating.
  • Lakukan relaksasi dan peregangan sebelum dan sesudah latihan.
  • Makanlah makanan sehat seperti buah-buahan, sayuran dan karbohidrat kompleks.

Berikut beberapa petunjuk dalam melakukan senam hamil:

Latihan Otot Kaki

  1. Duduklah dengan posisi kedua lutut diluruskan, tubuh bersandar pada kedua lengan yang diletakkan di belakang pantat. Atau sandarkan punggung pada bantal dengan kemiringan sekitar 50° sedangkan kedua tangan diletakkan di samping badan.
  2. Tegakkan kedua telapak kaki dengan lutut menekan kasur. Kemudian tundukkan kedua telapak kaki bersama jari-jarinya. Ulangi beberapa kali.
  3. Hadapkan kedua telapak kaki satu sama lain dengan lutut tetap menghadap ke atas, kembalikan ke posisi semula. Ulangi terus sebanyak beberapa kali.
  4. Kedua telapak kaki digerakkan turun ke arah bawah, lalu gerakan membuka ke arah samping, tegakkan, kembali, dan seterusnya.
  5. Kedua telapak kaki buka dari atas ke samping turunkan, hadapkan, kembali ke posisi semula, dan seterusnya.

Kegunaan: Memperlancar sirkulasi darah di kaki dan mencegah pembengkakan pada pergelangan kaki.

Latihan Otot Panggul

  1. Tidur terlentang, kedua lutut dibengkokkan.
  2. Letakkan kedua tangan di samping badan. Tundukkan kepala dan kerutkan pantat ke dalam hingga terangkat dari kasur.
  3. Kempeskan perut hingga punggung menekan kasur. Rasakan tonjolan tulang panggul bergerak ke belakang.
  4. Lemaskan kembali dan rasakan tonjolan tulang bergerak kembali ke depan. Ulangi gerakan ini 15-30 kali sehari.

Kegunaan: Mengembalikan posisi panggul yang berat ke depan, mengurangi dan mencegah pegal-pegal, sakit pinggang dan punggung serta nyeri di lipat paha.

Latihan Otot Betis

  1. Berdiri sambil berpegangan pada benda yang berat dan mantap.
  2. Posisikan ibu jari dan jari-jari lain menghadap ke atas.
  3. Regangkan kaki sedikit dengan badan lurus dan pandangan lurus ke depan.
  4. Tundukkan kepala seraya berjongkok perlahan sampai ke bawah tanpa mengangkat tumit dari lantai.
  5. Setelah jongkok, lemaskan bahu. Kempeskan perut, kemudian perlahan kembalilah berdiri tegak, lepaskan kerutan. Lakukan enam kali dalam sehari.

Kegunaan: Mencegah kejang di betis.

Latihan Otot Pantat

  1. Tidur terlentang tanpa bantal, kedua lutut dibengkokkan dan agak diregangkan.
  2. Dekatkan tumit ke pantat dengan kedua tangan di samping badan.
  3. Kerutkan pantat ke dalam sehingga lepas dari kasur, angkat panggul ke atas sejauh mungkin.
  4. Turunkan perlahan (pantat masih berkerut), lepaskan kerutan, dsb. Ulangi enam kali sehari.

Kegunaan: Mencegah timbulnya wasir saat mengejan.

Latihan Anti Sungsang

  1. Ambil posisi merangkak, kedua lengan sejajar bahu, kedua lutut sejajar panggul dan agak diregangkan.
  2. Kepala di antara kedua tangan, tolehkan ke kiri atau ke kanan.
  3. Letakkan siku di atas kasur, geser siku sejauh mungkin ke kiri dan ke kanan hingga dada menyentuh kasur. Lakukan sehari 2 kali selama 15 – 20 menit/kali.

Kegunaan: Mempertahankan dan memperbaiki posisi janin agar bagian kepala tetap di bawah.

Minggu, 28 Oktober 2012


Perbedaan manfaat pemberian ASI secara langsung dan ASI botol dengan pompa


Saat ini, kesadaran ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi mengalami peningkatan.Mengutip hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2004-2009, cakupan pemberian ASI eksklusif pada seluruh bayi dibawah 6 bulan (0–6 bulan) meningkat dari 58,9% pada tahun 2004 menjadi 61,3% pada tahun 2009. Begitu juga dengan cakupan bayi yang mendapat ASI eksklusif terus menerus dari usia 0 sampai 6 bulan juga meningkat dari 19,5% tahun 2005 menjadi 34.3% pada tahun 2009.
Di Indonesia, jumlah pekerja perempuan yang bekerja mencapai 40,74 juta jiwa. Sekitar 25 juta termasuk dalam usia reproduktif dengan kemungkinan mengalami proses kehamilan, persalinan dan menyusui di saat bekerja. Agar tetap bisa memberikan ASI eksklusif, Ibu yang bekerja ini ada yang mengambil suatu jalan tengah yaitu memberikan ASI dengan tidak langsung. Yaitu ASI dipompa dengan menggunakan pompa manual atau elektrik, ditampung dalam botol lalu disimpan di dalam pendingin untuk diberikan sewaktu-waktu saat dibutuhkan.
Pertanyaan yang kemudian timbul, apakah ada perbedaan antara pemberian ASI secara langsung dan tidak langsung melalui pemompaan ke dalam botol?

Jolie Black Bear dkk dari breastfeedingusa.org berdasarkan penelitian,mengemukakan memang ada beberapa perbedaan yang mungkin banyak belum diketahui oleh ibu menyusui:

1. Kontak Fisik dan peningkatan Antibodi
Menurut Chirco dan Santini (2008) Kontak fisik ibu dan bayi pada saat menyusui melalui rangsangan ludah dari bayi akan langsung merangsang tubuh ibu untuk membuat antibodi spesifik untuk melawan kuman (patogen) yang baru didapat sehingga dapat melindungi bayi selama beberapa jam kedepan. ASI dalam botol yang sudah berumur lebih dari satu hari masih mengandung faktor anti infeksi namun tidak lagi mengandung antibodi spesifik yang diperlukan bayi pada saat itu.

2.Pertumbuhan rahang, gigi, wajah dan kemampuan bicara
Aktivitas menyusi dapat melatih otot wajah dan memacu pertumbuhan tulang rahang yang kuat dan struktur wajah yang simetris. Beberapa studi menunjukkan menyusui dapat mempercepat perkembangan dan kejelasan dalam berbicara. Peningkatan durasi menyusui menurut palmer (2008) dapat menurunkan risiko kemungkinan untuk kemudian bayi menderita kelainan susunan gigi yang menyebabkan ia harus misalnya dipasang kawat gigi

3.Efisiensi waktu
Pemberian ASI botol memerlukan waktu yang lebih untuk proses memompa, membersihkan pompa dan botol susu. Sementara ASI langsung dapat sewaktu-waktu diberikan saat bayi merasa haus atau lapar.

4.Kontak kulit memperbaiki perkembangan bayi
Kontak kulit ibu dan bayi (kangaroo care) menurut bigelow dan membuat kulit bayi terasa lebih hangat, lebih jarang menangis dan koordinasi yang lebih baik dalam pola menghisap dan menelan. ibu yang menyusui secara langsung akan merasa lebih nyaman sehingga memicu respon oksitoksin, meningkatkan ikatan emosional, dan kepercayaan diri sebagai ibu (moore, 2009). Sementara pada ASI botol jarang sulit memungkinkan terjadi kontak kulit

5.Perbaikan Mood dan Stress Ibu Menyusui
Dari Aspek psikologis, Menurut penelitian dari Mezzacappa & Katkin (2003) Ibu yang menyusui secara langsung mengalami penurunan tingkat stress dan mood yang lebih postif. sementara ASI botol malah menimbulkan perasaan negatif. Hal ini berhubungan dengan peningkatan level hormon oksitosin yang lebih tinggi pada ASI langsung.


6. Kontrol asupan susu dan obesitas
Bayi dengan ASI botol mempunyai kontrol yang lebih rendah membatasi asupan ASI yang dibutuhkan. karena tidak ada hisapan aktif dan keinginan pemberi susu untuk menghabiskan seluruh susu di dalam botol membuat bayi “overload” susu. saat menyusui secara langsung, bayi dapat mengontrol sendiri jumlah ASI yang dibutuhkan dan ibu dapat membaca tanda bila ia telah kenyang. Penelitian Isslemann (2011) bayi dengan ASI langsung dapat mengidentifikasi rasa kenyang dengan lebih baik sehingga mengurangi risiko obesitas di kemudain hari.

7.Pembekuan & denaturasi antibodi
Pendinginan dalam freezer dapat menyebabkan denaturasi (kerusakan) antibodi dan dapat membunuh sel-sel hidup yang berada dalam ASI (Orlando, 2006) (Buckley & Charles, 2006) inilah mengapa banyak ilmuwan menganjurkan agar ASI mempunyai efek anti infeksi yang optimal sebisa mungkin diberikan dalam keadaan fresh
Perbedaan manfaat tersebut mudah-mudahan dapat memberikan semangat bagi ibu menyusui untuk sesering mungkin memberikan ASI secara langsung.

Selasa, 16 Oktober 2012

SKENARIO KASUS FRAKTUR



BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
SKENARIO KASUS

Skenario
Tn. Pr (29 th) sekitar 2 tahun yang lalu pada sore hari mengalami kecelakaan lalu lintas saat mengendarai sepeda motor. Sadar saat kejadian,mengeluhkan nyeri di area fraktur, kaki kanan tidak digerakkan. Setelah kejadian dibawa ke RS A. Dilakukan rontgen dan dinyatakan fraktur terbuka femur dextra. Dilakukan operasi dengan internal fixation pada keesokan harinya jam 09.00 WIB dan rawat inap pasca operasi sekitar 10 hari. Kontrol ke rumah sakit tidak teratur. Dari luka post op keluar cairan nanah berbau. Sekitar 4 bulan pasca operasi pertama, nyeri dirasakan di bagian dalam tulang dengan intensitas semakin meningkat, terbentuk lubang di bagian tengah luka operasi dengan nanah keluar bertambah banyak. Dilakukan rontgen ulang didapatkan inplant failure. Operasi ke-2 dilakukan untuk repair internal fixation dan pemasangan internal fixation ke-2 menggunakan broad plate dan screw. Pasca operasi ke-2 kontrol dilakukan secara teratur pada permulaannya, namun selanjutnya pasien mengobati dengan membeli antibiotic dan menentukan dosisnya sendiri. Selama pengobatan mandiri tidak menunjukkan perbaikan. Pasien datang kembali ke RS A, kemudian dirujuk ke RS B untuk penanganan lanjut. Di RS B diagnose open fraktur intected non-union trochanteric femur dextra post ORIF. Direncanakan  akan dilakukan operasi Ilizarov, namun pasien menolak. Edukasi dilakukan untuk meyakinkan pada pasien tentang tindakan Ilizarov, namun tetap menolak. Pasien ingin agar dilakukan operasi biasa saja. 1 Maret 2010 dilakukan operasi dengan external fiksasi konvensional dilakukan. Terapi yang didapatkan : Tranfusi PRC, Ceftriaxone 2x1 gr, Gentamycine 2x80 mg, Ketorolac 3x1 amp, Ranitidine 3x1 amp